What is Japan style Mini 4WD ?

(sebelumnya mohon maaf atas kelancangan saya kepada para senior-senior, para admin STO100 J-style yang sudah sangat support terhadap scene Mini 4WD J-style, mohon koreksi nya apabila ada kesalahan dalam penulisan saya)


Pertama coba kita artikan dalam bahasa Indonesia dulu, apa itu “Style”?
Style dalam bahasa Indonesia berarti “Gaya” yang kemudian identik dengan kata “Trend”, jadi kalau diartikan Japan Style adalah “Gaya yang ke-Jepang2an yang sedang trend saat ini”
So kalau lebih spesifik lagi, Mini 4WD Japan Style bisa diartikan “Modifikasi Mini 4WD dengan gaya Jepang yang sedang trend saat ini”
Dari arti kata disitu bisa dilihat, kalau J-style bukanlah suatu regulasi, tapi merupakan trend modifikasi mini 4WD yang ada di Jepang saat ini.
Kedua, banyak yg bertanya, jadi bagaimana sih bentuk modifikasi Japan Style itu sendiri? Apa bedanya sama modifikasi yang ada di Indonesia?
Dan trend modifikasi mobil Mini 4WD (Japan style) ini tentunya sejalan dengan trend Track Layout, karena untuk jenis modifikasi seperti itu pastinya track layout harus menyesuaikan.
Saya melihat style ini dari 3 sisi:
1. Style modifikasi mobilnya sendiri
2. Style track layout
3. Style race format
Point 1.
Saya coba urutkan perbedaan dari yg paling signifikan baik secara visual maupun pemakaian:
a. Rear Lantern vs Body Lantern
Rear lantern/Hanging lantern/Hangin damper: ini paling banyak dipakai di settingan Indo style, secara pembuatan memang lebih mudah, dan punya pungsi yang baik untuk melontarkan mobil pada saat “air time” atau melompat baik di slope maupun di jumping putus. Tapi siapa bilang ini bukan Japan Style? Orang Indo juga pasti awalnya modifikasi melihat ke negeri asalnya kan, tapiii ini modifikasi tahun 2012, intinya udah ketinggalan jaman, jadi udah gak trendy lagi disana. Walaupun beberapa tetap ada yg pake ya... tapi dengan tetap memperlihatkan unsur estetika yang kental.
Body lantern/Body damper/Hikuo: ini yang paling jamak digunakan di modifikasi Mini 4WD di Jepang saat ini. Secara estetika membuat mobil terlihat lebih baik, dan secara fungsi tidak membantu melontar pada saat “air time”. Dijepang sendiri banyak type modifikasi damper lainnya untuk saat ini, seperti Norio, Riruwo, Hoeiru. Sayangnya, istilah jepang buat Rear lantern/Hanging damper kok gak ada ya....
b. Akar Carbon VS Rear stay Carbon Plate
Carbon Reinforced Rear Double Roller Stay (Akar Carbon) : karakter dari akar ini “flex” lagi2 sifatnya bisa membantu pada saat “air time” sehingga mobil bisa lompat relatif lebih tinggi dan lebih jauh
Rear Stay / Carbon Plate (mostly pake multi roller stay) : karakternya itu “stiff” atau kaku, jadi tidak membantu banyak untuk “air time” karena tidak flex pada saat mobil lompat di slope atau jumping putus. Banyak juga yg mengganti ini dengan double FRP disebabkan faktor harga carbon plate mahal dan sudah rare. Style modifikasi ini yang paling jamak digunakan di modifikasi Mini 4WD di Jepang saat ini.
c. 3 atau 4 (pasang) roller bergerak atas-bawah VS 3 (pasang) roller fixed
3 atau 4 roller bergerak atas-bawah : Secara fungsional menurut beberapa penggunanya bisa membantu mobil pada saat lompat, karena posisi roller tidak ketahan ditempat. Tapi penggunaan 4 roller setau saya hanya tinggal ada di Jakarta, di kota-kota lain sudah mulai mengikuti regulasi dari Tamiya yaitu penggunaan 3 pasang roller.
“Rollers: Maximum of 6 installations total (double rollers count as 1 installation.)”
3 (pasang) roller fixed : secara fungsional kebalikan dari pemasangan roller gerak, cuma beberapa meyakini bahwa pemasangan roller fixed itu membatu di corner speed, bisa dilihat dari setting mobil speed/nascar semuanya pake roller fixed. Style modifikasi ini yang paling jamak digunakan di modifikasi Mini 4WD di Jepang saat ini.
Dan memang tidak ada regulasi official Tamiya yg menyebutkan kalau roller harus fixed, tapi lagi-lagi itu adalah trend modifikasi yang ada di Jepang saat ini.
Point 2.
STYLE TRACK LAYOUT
Harus dipahami bahwa para jagoan Mini 4WD di Jepang sana, bahkan mungkin yang sudah menang Japan Cup, belum tentu bisa mengatasi karakter track di Indonesia dengan modifikasi mereka saat ini. (lebih spesifik di jakarta, karena saya domisili Jakarta ya)
Yang disayangkan begitu juga sebaliknya.... kenapa?
Bisa dilihat dari penjabaran masing-masing karakter modifikasi yang ada.
Karakter track disini biasanya diharuskan bisa melewati 3 – 4 track lurus setelah lompat slope, jadi butuh modifikasi mobil yang bisa terbang jauh. Atau di slope bridge dikasih penutup di bagian atasnya sehingga membutuhkan mobil yang “mumbul” pada saat melewati rintangan itu.
Sedangkan disana kebanyakan, abis slope justru cuma dikasih 2 – 3 straight langsung belok, jadi mobil harus buru-buru turun sesudah melewati rintangan slope.
Masing-maisng track layout memiliki karakteristik settingan/modifikasi mobilnya masing2, walaupun tidak dipungkiri sesekali bisa aja lolos, tapi persentase nya mungkin tidak besar.
Point 3.
RACE FORMAT
“From the time the car passes the car inspection to when the race begins, the car's settings must not be changed and no modifications can be made”
Karena disana menganut format race dengan “Karantina” dan kebanyakan menerapkan regulasi tambahan “tidak boleh mengganti baterai selama race”
Sehingga kondisi ini membuat para peserta disana sebisa mungkin menggunakan motor/dinamo yang paling hemat baterai (light dash, atau bahkan tuned series), tapi supaya tetap melaju kencang jadilah modifikasi2 membuang bagian2 chassis yang dianggap kurang dibutuhkan, sedemikian rupa mengurangi gesekan sehingga tidak menggunakan rubber rollers, sampai ke modifikasi gear seperti “floating gear”.
Beda dengan kondisi lokal dimana mobil justru di kuat2in pake tempelan FRP, ditimbun lem di bagian depan chassis dan segala macam cara supaya mobil sekuat tank  Pake dinamo nya juga Power dash, atau kalau mau ngebut pake Ultra Dash... karena anytime boleh ganti baterai
Inti dari semuanya adalah, J-Style is all about modification trend, jadi ngomongin J-style ya harusnya identik dengan trend modifikasi saat ini di Jepang sana ya.
Hanging damper juga sebenarnya j-style (pada jamannya), tapi kayaknya trend ini sudah lama berlalu disana.
Kalau soal regulasi balap, semua kembali ke penyelenggara, apakah itu mau dibuat plek2an mengikuti regulasi tamiya (http://www.tamiya.com/english/mini4wd/regulation.htm), atau mau regulasi Tamiya dengan beberapa pengecualian seperti Open Class, ataupun mau buat regulasi serapan lokal seperti STO100.
Jadi kalau mau balap, semua tergantung penyelenggara, cocok dengan kondisinya boleh ikutan race nya, gak cocok ya tinggalin aja.
Semoga memberi pencerahan bagi sebagian pihak yang punya pikiran terbuka.