Ampera Tempo Doeloe dan Sekarang



1962
Pembangunan jembatan gerak ini dimulai pada bulan april 1962, setelah mendapat persetujuan dari presiden soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana rampasan perang jepang dalam kata lain semua di tanggung oleh pemerintah jepang dari kontraktor dan pekerja.



Pada awalnya, jembatan sepanjang 1.177 meter dengan lebar 22 meter ini, dinamai jembatan bung karno. Menurut sejarawan djohan hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada presiden ri pertama itu. Bung karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas sungai musi.





Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi sungai musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah jembatan ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.


1970
Sejak tahun 1970, jembatan ampera sudah tidak lagi dinaikturunkan. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini, yaitu sekitar 30 menit, dianggap mengganggu arus lalu lintas antara seberang ulu dan seberang ilir, dua daerah kota palembang yang dipisahkan oleh sungai musi.


2010
Ampera terbakar, Minggu (10/10) malam. Api membara selama satu jam berasal dari puluhan kios di bawah jembatan sisi Seberang Ulu yang ludes terbakar.
 
Kobaran api begitu besar tak terkendali sampai naik ke atas Ampera sisi kiri dan kanan. Pagar jembatan memuai sehingga bentuknya tidak lurus lagi. Suasana gelap gulita karena asap hitam tebal membentuk cendawan raksasa di angkasa. Untung dalam musibah ini Ampera masih aman di leawatin karena setelah kejadian langsung ada gerakan dari pemerintah untuk menangin jembatan yg jadi Ikon nya kota Palembang


2012




Comments